Kenapa Penggemar Teori Konspirasi Tidak Percaya Pada Keamanan Vaksin

Oleh: American Psychological Association
1 Februari 2018
Sumber: Medical Xpress

Read more: Kenapa Penggemar Teori Konspirasi Tidak Percaya Pada Keamanan Vaksin

Orang-orang yang percaya bahwa Puteri Diana dibunuh atau bahwa pembunuhan John F. Kennedy adalah permufakatan luas lebih mungkin untuk berpikir vaksin tidak aman, meski bukti ilmiah mengatakan sebaliknya, kata sebuah riset yang dipublikasikan oleh American Psychological Association.

(Kredit: CC0 Domain Publik)

“Vaksinasi merupakan salah satu pencapaian terbesar masyarakat dan salah satu alasan utama kenapa orang-orang hidup 30 tahun lebih panjang dibanding seabad lalu,” kata peneliti utama Matthew Hornsey, PhD., dari Universitas Queensland. “Oleh karenanya, menarik sekali mempelajari kenapa sebagian orang begitu ketakutan dengan vaksinasi.”

Ini studi pertama yang menguji hubungan antara kepercayaan konspirasi dan sikap anti-vaksinasi di antara sampel global, menurut Hornsey. Riset dipublikasikan dalam jurnal Health Psychology.

Hornsey dan rekan-rekan pengarangnya mensurvei 5.323 orang dari 24 negara di lima benua menggunakan kuesioner daring antara 31 Maret sampai 11 Mei 2016, mengukur sikap anti-vaksinasi dan kepercayaan terhadap empat teori konspirasi: bahwa Puteri Diana dibunuh, bahwa pemerintah Amerika sudah tahu sebelumnya tentang serangan 9/11 dan memilih membiarkan itu terjadi, bahwa ada sekelompok elit bayangan yang merencanakan tatanan dunia baru (new world order), dan bahwa John F. Kennedy dibunuh sebagai bagian dari permufakatan luas.

Orang-orang yang punya kepercayaan kuat pada konspirasi paling mungkin untuk memegang sikap anti-vaksinasi tanpa memperhatikan di mana mereka tinggal. Sebagai contoh, semakin orang-orang percaya bahwa Puteri Diana dibunuh, semakin negatif sikap mereka tentang vaksinasi. Kontrasnya, tingkat pendidikan berdampak kecil sekali terhadap sikap-sikap anti-vaksinasi.

“Orang-orang sering mengembangkan sikap melalui respon emosional dan naluriah,” kata Hornsey. “Sekadar mengulang-ulang bukti tidaklah banyak berpengaruh pada orang-orang yang mempunyai sikap anti-vaksinasi.”

Perusahaan-perusahaan farmasi besar, yang mendapat laba dari menjual vaksin, adalah sasaran lazim para teoris konspirasi, kata Hornsey. “Bagi banyak teoris konspirasi, laba yang diperoleh merupakan tanda bahwa sistem rusak dan fakta sedang ditutupi oleh kepentingan pribadi.”

“Mencoba mengurangi kepercayaan konspirasi orang-orang sangatlah sulit,” kata Hornsey. “Kemungkinan alternatif adalah mengakui kemungkinan konspirasi, tapi menyoroti bagaimana terdapat kepentingan pribadi juga di pihak sebelah; kepentingan pribadi yang termotivasi untuk mengaburkan manfaat vaksinasi dan untuk membesar-besarkan bahayanya.”

Sikap-sikap anti-vaksinasi juga tersangkutpaut dengan intolerasi orang-orang yang membatasi kebebasan mereka, rasa jijik terhadap darah dan jarum, dan pandangan keduniaan individualistik, menurut studi.

Informasi lebih lengkap

“The Psychological Roots of Anti-Vaccination Attitudes: A 24-Nation Investigation”, oleh Matthew Hornsey, PhD, Emily Harris, PhD, dan Kelly Fielding, PhD, Universitas Queensland. Health Psychology, dipublikasikan 1 Februari 2018.

Leave a comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.